Lemari Memoriku
Hal paling ajaib dalam hal memori, kita tidak dapat memilih mana file yang akan bertahan, ada kalanya suatu momentum kehidupan menjadi memori abadi, ada juga sebuah memori hanya ada tinggal beberapa minggu, hari malahan ada beberapa detik jika tidak dianggap penting oleh ingatan kita. Khususnya memori yang disimpan dalam "subconscious" itu akan membuat kisah hidup sendiri yang akhirnya menjadi pola kehidupan, khususnya kejadian yang membuat trauma sehingga merubah pola pikir dan tingkah laku.
Ada kalanya satu memori itu dapat membuat kita menangis pada saat itu merupakan momentum bahagia, juga sebaliknya satu memori dapat membuat kita tertawa karena sudah berlalu padahal waktu itu momentum sedih kehidupan kita. Begitu ajaibnya cara otak kita berproses menyimpan memori momentum kehidupan.
Untuk aku, cara menyimpan memoriku ada ruangan ruangan khusus, dan ada lemari dalam setiap ruangan mengisinya. Setiap memoriku ada bentuknya seperti bola bola kristal. Ada satu lemari yang menyimpan memori sangat berharga, disitu setiap momentum berhargaku yang tidak ingin kulupakan. Walaupun sudah bertahun tahun berlalu tapi ada memori yang begitu berharga. Kamu tau seperti apa memori momentum itu? Seperti bola kristal berwarna emas, berpendar indah memenuhi hari hariku, sampai akhirnya kekecewaan datang mengurangi cahayanya. Setiap kenangan sedih menghilangkan cahaya kristal itu sampai akhirnya sekarang udah mati cahayanya dan menjadi warna coklat tua yang tak ada cahayanya. Banyak bola bola kristal yang kisah masa lalu dalam lemari itu berwarna warni, ada yang hijau, merah, dan hitam. Semakin lama memori maka cahayanya semakin hilang akhirnya hanya bola kosong.
Setahun terakhir ini aku mulai membereskan memori lemariku itu. Setiap memori yang mengenai masa lalu aku buang perlahan tapi pasti. Sehingga akhirnya sekarang sudah kosong lemarinya. Aku lakukan itu karena aku ingin membentuk suatu momentum kenangan bersama orang yang kucintai. Aku berharap inilah cinta terakhirku tempat aku berlabuh, berbagi kehidupanku dengan rasa cintaku. Sepenuh hati dan jiwaku mencintainya. Tapi kembali lagi, kehidupan begitu kejam. Semua harapan dan mimpiku dihancurkan dalam sekejab.
Sekarang aku duduk sendiri dan merenung, sambil memandang bola memoriku tentang dia, berwarna biru muda yang masih bercahaya terang. Sinarnya membuat silau mata dan memegangnya membuat ngilu hatiku. Mungkin effek ini karena masih baru ingatan momentum memori itu. Aku ingin manuruhnya dalam lemari itu sehingga gak perlu aku bawa bawa didalam hatiku, karena effeknya pasti aku gak bisa move on dalam menciptakan memori baru.
Aku mengumpamakan seperti film hery poter yang secara magic menyimpan memori. Kupandang bola kristalku, aku mengulangi memori dalam situ. Betapa indahnya perasaan jatuh cinta, sangat lucu proses dari orang asing menjadi orang yang dicintai. Aku bingung sekarang apa yang harus kulakukan? Jika aku meletakkan memori itu dalam lemari pastinya cahayanya akan hilang karena akan menjadi masa laluku. Tapi jika aku bawa kedalam hatiku maka aku yang akan sakit ngilu hatiku setiap mengingatnya.
Kamu tau kan.. logikaku mengatakan kalo aku harus move on segera mungkin, karena ada beberapa hal membuat tidak mungkin terjadi, tapi hatiku mengatakan agar aku menunggu dan melihat kondisi. Sampai akhirnya tidak terasa ngilu lagi hatiku baru bisa dijadikan memori masa lalu. Karena ketika masih ngilu artinya masih ada rasa cinta. Akhirnya.. aku terdiam dan menyimpan kembali bola kristal biru itu dalam hatiku, aku memutuskan bahwa waktu akan menentukan tetap di hati atau menjadi memori masalalu.
Apapun keputusannya itu aku serahkan pada sang waktu menentukannya untuk yang terbaik. Rasa cintaku ini aku umpamakan seperti tumbuhan yang memerlukan nutrisi perhatian dan cinta setiap harinya, jika tidak diberikan hal tersebut akhirnya cahaya cintanya akan hilang. Dan ketika cahaya cintaku hilang di momentum itu semuanya sudah terlambat.
Bola bola kristalku
Bola memoriku cintaku
Jika tidak dirawat cintamu
Akan pecah berkeping keping
Hancur menjadi debu
Terbang dibawa angin
Comments
Post a Comment