Lailaku

Lailaku  



Laila, sahabatku dari taman kanak kanak, kami tumbuh kembang bersama. Aku melihat tumbuh kembangmu. Laila itu orangnya mungil kecil, memakai kacamata, pipinya chubby menggemaskan, rambutnya lembut panjang berwarna coklat, semua lelaki terpesona melihat senyumnya.


Laila, sikapnya seperti anak anak, terkadang merajuk dan gembira didalam satu situasi. Suka membaca novel sehingga hafal isi ceritanya tanpa kuminta suka kasih rekomendasikan buku novel terbaik. Walaupun begitu, Laila juga dewasa dalam bersikap, apalagi menyangkut adik kembarnya. Sebagai anak tertua selalu diandalkan orang tuanya. Laila harus mampu memberikan tauladan terbaik. 


Laila, bukan hanya cantik fisik tapi juga baik hatinya. Dia suka empati dan tiba-tuba menangis memikirkan nasib pengemis dipinggir jalan. Suka menjadi relawan membantu dipanti jompo. Kau selalu katakan “jika orang tua manula ini tak disayang maka suatu saat ketika kita tua maka tak ada yang sayangi kita”. Laila sayangku, betapa tulus dan ikhlasnya hatimu.


Laila, hari ini dirimu menangis sendu sesih dibahuku lagi. Kau patah hati sesekian kali. Tetapi begitu mudahnya kau juga jatuh cinta kepada orang berbeda. Hatiku pedih cemburu setiap kali kau jatuh cinta. Aku tak rela melihatmu dipeluk lelaki itu. Tapi aku tak bisa berbuat apapun kecuali menjadi bahu dan memeluk saat kau menangis patah hati.


Laila, akhirnya datang juga lelaki yang tepat meminang diri Mu. Lelaki yang mencintai kelebihanmu dan mau membimbing kelemahanmu. Lelaki yang mapan dapat memberikan nafkah lahir batin untukmu jika kalian naik ke jenjang pernikahan nanti. Ku bahagia sekaligus ingin menangis menafikkan rasa cintaku padamu.


Lailaku.. itu sebutannya dalam hatiku. Walaupun kau tak tau tapi Ku mencintai segalanya dirimu. Ku sayang padamu dari lubuk hatiku. Ku pendam dari dulu rasa cinta ini, ku menekan rasa cemburuku setiap kau bersama lelaki itu. Tak terasa menetes air mataku menatapmu tukar cincin tunangan bersamanya. Aku berjanji akan tetap memendam rasa cintaku, rahasia cintaku ini akan ku bawa mati sampai ke liang lahat. 


Tiba- tiba kau datang dengan tersenyum dan memelukku erat seperti ciri khasmu sambil mengatakan,

“ Nina, cantik sekali kau memakai baju kebaya ini, semoga kau juga segera menemukan jodoh yaa.. Terimakasih telah menjadi sahabat terbaikku.” .. 

Ya tak bisa ku pungkiri akhirnya aku mengakui dalam hati bahwa aku lesbian yang selama ini terpendam mencintai Lailaku.


Note : 

Cerpen ini FIKSI 

Comments

Popular posts from this blog